BIDIK KASUS - Bayangkan ini, Hasto Kristiyanto , seorang tokoh yang selama ini dikenal “low profile” dalam perbincangan isu korupsi, tiba-tiba muncul di depan publik dengan nada yang penuh percaya diri. Setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam sebuah kasus besar, ia mendadak "meledak." Dia mengklaim akan membeberkan daftar panjang pejabat yang terlibat dalam praktik korupsi, seolah-olah sedang memegang kunci untuk membuka kotak Pandora. Namun, reaksi publik bukannya penuh antusiasme, melainkan dipenuhi tanda tanya besar.
"Selama ini, ke mana aja, Om?"
Ini bukan pertanyaan tanpa alasan. Selama bertahun-tahun, Hasto seperti diam, tidak banyak bicara soal masalah korupsi di lingkup pemerintahan, padahal ia berada di lingkaran kekuasaan. Bagaimana bisa seseorang yang tiba-tiba bersuara lantang tentang pejabat korup, justru melakukannya setelah dirinya ditetapkan sebagai tersangka? Apakah ini sebuah langkah "penyelamatan diri, " ataukah memang ada niat tulus untuk membongkar praktik korupsi yang sudah lama mengakar?
Ketika Hasto berdiri di podium, wajahnya serius, nada bicaranya tegas. Dia menyebut beberapa nama besar, memberikan kode-kode samar tentang praktik korupsi yang, katanya, melibatkan “oknum-oknum kuat.” Namun, publik tetap skeptis. “Kalau memang tahu banyak, kenapa baru sekarang bicara? Apakah ini barter agar hukuman bisa diringankan?”
Di sisi lain, ada juga yang melihat ini sebagai peluang positif. Jika benar Hasto bersedia buka-bukaan, maka ini bisa menjadi awal dari terungkapnya skandal-skandal besar yang selama ini tertutup rapat. Tapi lagi-lagi, integritasnya dipertanyakan. Bukankah seorang yang tahu tentang kejahatan, apalagi korupsi, seharusnya melapor sejak awal, bukan menunggu terdesak?
Narasi ini menarik, karena membawa kita pada dilema moral, apakah informasi dari seseorang yang sudah tercoreng namanya tetap dapat dipercaya? Apakah niat Hasto tulus untuk mengungkap kebenaran, atau sekadar mencari “teman di penjara?”
Dan, seperti biasa, masyarakat Indonesia akan kembali menunggu. Bukan hanya menunggu siapa saja yang akan disebut oleh Hasto, tetapi juga menunggu apakah aparat penegak hukum benar-benar serius menindaklanjuti pengakuannya. Jangan sampai, ini hanya menjadi episode lain dari sinetron korupsi Indonesia, penuh drama tapi tanpa akhir yang memuaskan.
Jadi, pertanyaan tetap berdiri, setelah bertahun-tahun diam, baru sekarang sesumbar, selama ini ke mana aja, Om?
Jakarta, 28 Desember 2024
Hendri Kampai
Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi