PEMERINTAHAN - Bayangkan sebuah meja besar, megah, dan penuh kemewahan. Di sekelilingnya duduk sekelompok orang dengan senyuman penuh tipu daya dan ambisi yang tak berujung. Di antara mereka, ada yang ahli merampok sumber daya negara, dan ada pula yang pandai menjilat demi posisi. Mereka berbeda dalam cara, tapi sepakat dalam tujuan, kekuasaan.
Ketika penjahat dan penjilat bersatu, yang terjadi bukanlah pemerintahan yang melayani rakyat, melainkan kongsi gelap yang memanfaatkan kekuasaan untuk memperkaya diri. Penjahat, dengan kelihaian mencuri, membutuhkan perlindungan politik dan legitimasi. Penjilat, dengan mulut manis dan kecakapan beradaptasi, siap menjadi tameng sekaligus pelindung dengan satu syarat, bagian mereka harus aman.
Dalam sejarah, kita melihat pola ini berulang. Di balik layar, sumber daya negara dijarah, kebijakan dibuat bukan untuk rakyat, tapi untuk memperkuat posisi mereka yang berkuasa. Ketika rakyat menjerit, penjilat dengan retorika tajam segera mengalihkan perhatian, memutarbalikkan fakta, atau bahkan menciptakan musuh imajiner agar perhatian publik teralihkan.
Pengkhianatan ini bukan hanya tentang uang atau jabatan, tapi tentang masa depan bangsa. Penjahat dan penjilat, dalam kebersamaan mereka, perlahan menggerogoti fondasi negara: keadilan, kepercayaan, dan integritas. Korupsi merajalela, hukum menjadi alat kekuasaan, dan rakyat dibiarkan menderita.
Namun, seperti cerita klasik tentang kegelapan, cahaya selalu mencari celah untuk masuk. Tidak ada kekuasaan yang abadi, dan tidak ada tipu daya yang tidak akan terungkap. Saat rakyat mulai sadar, mulai mempertanyakan, dan mulai melawan, perlahan namun pasti kekuatan kolaborasi gelap ini akan runtuh.
Akan tetapi, narasi ini juga menjadi peringatan: jika kita diam, jika kita membiarkan penjahat dan penjilat terus bersatu, maka kita pun turut berkontribusi dalam pengkhianatan terhadap bangsa dan negara ini. Bangkitlah, sebelum mereka menjarah lebih jauh dan meninggalkan kita hanya dengan puing-puing dari cita-cita luhur kemerdekaan.
Baca juga:
Al Haris Beri Santunan Kepada 449 Guru Ngaji
|
Jakarta, 17 Januari 2025
Hendri Kampai
Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi